Senin, 13 September 2010

PINO DAN PONI

Pino dan Poni adalah sepasang anak beruang kembar. Mereka sangat mirip, yang beda hanyalah Pino lebih gendut dari Poni.
Suatu hari ibu panda menyuruh Pino dan Poni pergi ke rumah nenek. Mereka membawa oleh-oleh untuk nenek.
“Pino, karena kau lebih gendut, maka kau yang membawa kapuk, nenek membutuhkannya untuk mengisi bantal.” Kata ibu beruang sambil menunjukkan sekarung kapas pada Pino.
“Ya Bu.” Pino menjawab dengan patuh.
“Dan kau Poni, kau membawa garam saja. Nenek juga butuh untuk menggarami ikan agar nanti musim panas dia tidak perlu menangkap ikan lagi.” Ibu beruang juga memberikan satu karung garam pada Poni
“Ya Bu.” Poni mengangguk.
“Kalian harus cepat kembali ke rumah sebelum malam. Kelihatannya hujan akan turun.”
Lalu, berangkatlah dua ekor beruang itu ke rumah nenek. Sepanjang jalan Pino bernyanyi dengan riang sambil menggendong sekarung kapas di punggungnya. Sementara Poni., karena bebannya lebih berat, ia jadi sering tertinggal di belakang. Sesekali Pino berhenti untuk menunggu saudaranya itu. Lama-lama Poni jadi capai. Ia kesal dan iri.
“Pino, berhenti sebentar!” teriaknya. Pino segera berhenti. Poni menurunkan bebannya, keringatnya bercucuran.
“Tapi kita harus cepat sampai ke rumah Nenek. Lihat, langit sudah mendung, mungkin sebentar lagi hujan.”
“Ya aku tahu. Tapi Poni, sepertinya ibu tidak adil. Dia memberimu beban yang lebih ringan, padahal kamu gendut. Sementara aku yang kurus harus membawa beban seberat ini. Bagaimanan kalau kita tukar barang saja, kau membawa garamku ini, sedang aku membawa kapasmu.”
“Apa Ibu tidak akan marah?”
“Ibu kan tidak tahu.”
Pino menuruti saja kata kakaknya. Ganti ia yang membawa garam dan Pino yang membawa kapas. Sekarang gantian Poni yang bernyanyi riang karena bebannya jadi ringan. Sementara Pino bolak-balik berhenti karena bebannya terlalu berat.
Tiba-tiba hujan turun. Awalnya gerimis tapi semakin deras. Pino dan Poni berteduh di bawah pohon, tapi tetap saja mereka kehujanan. Mereka jadi basah kuyup.
Tak lama kemudian hujan berhenti. Pino mengajak Poni melanjutkan perjalanan. Tapi baru beberapa langkah Poni berhenti.
“Pino, barang bawaan kita tidak tertukar kan?”
“Tidak kak,” Pino menggeleng, “Aku membawa garam dan kakak membawa kapas.”
“Tapi kenapa sekarang bebanku sepertinya sangat berat ya.”
“Aku tidak kak, malah lebih ringan.”
Mereka melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian mereka sampai ke rumah nenek. Disana nenek menyuguhkan segelas coklat hangat.
“Poni, kamu kelihatannya lelah sekali.” Tanya nenek.
“Ya Nek, bebanku berat sekali, padahal tadi sebelum hujan sangat ringan.” Jawab Pino.
“Ya Nek, ini aneh sekali. Bebanku yang tadinya berat, setelah hujan malah menjadi ringan.” Poni juga bicara.
“Kalian pasti menukar bawaan tadi, ya tidak?” Nenek bertanya lagi.
“Kok nenek tahu?” Pino dan Poni menjawab bersama. Mereka jadi heran.
“Tadi ibu menelepon nenek ketika kalian berangkat. Dia bilang Pino membawa kapas dan Poni membawa garam.”
“Ya Nek, tapi di tengah jalan kak Pino menukarnya. Aku yang membawa garam, dia yang mebawa kapas.” Kata Poni.
“Nah, tadi di jalan kalian kehujanan kan?”
“Kok nenek tahu lagi?”
“Ya ya ya. Kalian tahu tidak, kalau garam terkena air ia akan mencair, itu berarti beban Pino akan berkurang dan menjadi lebih ringan. Tapi jika kapas terkena air, ia akan menyerap air itu sehingga beban Poni semakin berat. Ibu kalian sudah mengatur begitu, jadi jika nanti kehujanan, maka Pinolah yang membawa beban lebih berat dati Poni.”
“Oooh..” Poni dan Pino mengangguk-angguk.
“Lain kali Pino tidak boleh iri dengan adikmu ya.”
“Ya Nek. Pino maafkan kakak ya.”
“Ya Kak.”
Pino dan Poni bersalaman. Ketika pulang, nenek menghadiahkan mereka sepasang ikan salmon segar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome Back to Neverland!!!

Haiaaaaaaaaaaaaaaa................ setelah sekian lama mati, bener-bener mati gaya! blog ini pertama kali Agustus 2010 dan sekarang adalah f...